Misteri Jodoh

Oleh Afifah Afra

Sebagian besar manusia di dunia ini mengalami fase yang disebut dengan nikah. Selain merupakan fitrah manusia, nikah dibutuhkan untuk kelangsungan generasi umat manusia itu sendiri. Tentu. Manusia bukan sejenis tumbuhan yang bertunas dengan sendirinya, atau bisa berbiak dengan hanya melakukan stek batang-batangnya. Manusia membutuhkan proses perkawinan untuk bisa menghasilkan keturunan.

Segala sesuatu memang diciptakan berpasangan. Bagi saya, dan mungkin juga Anda, salah satu misteri terbesar dalam kehidupan ini adalah jodoh dan perjodohan. Kisah-kisah sejati yang menakjubkan seputar perjodohan, tergores begitu giras, tercetak begitu rancak, terlukis begitu manis. Masing-masing Bani Adam memiliki cerita sendiri. Dan biasanya, cerita-cerita itu terbingkai dalam sebuah keistimewaan yang mengesankan. 

Anda, saya, memiliki memori yang penuh kelindan rasa, juga gejolak emosi seputar kisah perjodohan kita. Ada yang manis, sedikit asam—tapi lezat, sedikit pahit—tapi sedap, sedikit asin—tetapi memikat. Nano-nano. Namun, tak menutup kemungkinan ada juga yang rasa itu bertaraf ekstrim. Sangat pahit, sangat asam, sangat asin. Atau sebaliknya, sangat manis, sangat sedap, sangat nikmat. 

Manusia memiliki jalan hidup sendiri-sendiri. Jalan hidup itu memiliki rasa yang khas. Orisinil.
Maka, jika saja ada yang bersedia membukukan kisah perjodohan seluruh insan di muka bumi, bisa jadi buku itu akan menjadi sebuah karya masterpiece. Tentu saja. Karena makhluk bernama manusia yang pernah menetap di Planet Bumi ini trilyunan jumlahnya. Dari trilyunan jiwa, tersketsalah trilyunan kisah istimewa seputar perjodohan. Ya, karena setiap manusia nyaris semua mengalami. Terbayanglah kini, betapa tebal buku yang harus dia tulis. Berapa banyak pena yang harus dikosongkan tintanya. Berapa lembar kertas yang dibutuhkan. Dan, betapa dahsyat tenaga dan pikiran yang harus dikeluarkan.
Nyatanya, meski tak semua keistimewaan itu terdokumentasikan, sepanjang sejarah hidup manusia, kita menemukan kisah-kisah perjodohan yang legendaris, sehingga menjadi buah bibir di sepanjang pergiliran zaman.

SEMUA MAKHLUK ADA PASANGANNYA

Nabi Nuh a.s., menyadari betul bahwa kehidupan tidak boleh berakhir, meskipun bencana besar berupa air bah menerpa. Sehingga, di dalam kapal beliau, binatang-binatang dibawa secara berpasang-pasangan. Nabi Nuh berpikir jauh ke depan--tentu dengan bimbingan dari-Nya--bahwa hanya dengan berpasang-pasangan itulah kehidupan akan terus berjalan.

Kebijaksanaan Illahi adalah takdir
Yang membuat kita mencintai satu sama lain
Karena takdir itu, setiap bagian dunia ini
Dipertemukan dengan jodohnya.
(Jalaluddin Rumi)

Demikian juga manusia. Mereka telah diciptakan secara berpasang-pasangan dengan jenisnya sendiri (sesama manusia). Simaklah firman-Nya ini: "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (Q.S. Ar-Rum: 21).

Ya, perjodohan antarmakhluk-Nya memang sebuah tanda-tanda kebesaran-Nya. Adam a.s. diciptakan dari segumpal tanah, lalu menyusul jodohnya, Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk sang suami. Lalu, saat mereka diturunkan ke bumi, terpisah selama ratusan tahun, dan bertemu kembali di Jabal Rahmah.

Nabi Sulaiman bertemu dengan jodohnya, Balqis, lewat sebuah proses yang menakjubkan. Ali dan Fatimah akhirnya menikah setelah Fatimah berkali-kali dilamar oleh para sahabat yang mulia, Abu Bakar dan Umar, namun tidak diterima oleh Rasulullah SAW.


Silakan sibak kembali kisah perjodohan Anda dengan suami/istri Anda. Bukankah selalu ada kebesaran-Nya di kisah tersebut?


Catatan: 

Silakan baca buku "Sayap-Sayap Sakinah" untuk lebih detil memahami misteri perjodohan di antara makhluk-Nya. 

0 komentar:

Post a Comment