Kenapa Harus Berparenting?

Dimulai Tahun 2000-an kata “Parenting” atau “Cara Pengasuhan yang Benar”mulai akrab ditelinga para orangtua.
Meski sesungguhnya orangtua sudah tak asing lagi dengan kata “pengasuhan”—karena secara naluri dan alami para orangtua akan melakukan pengasuhan dan perlindungan terhadap anak-anaknya dengan cara dan kebiasaan yang sesuai dengan pengalaman dan tradisi dalam keluarganya—namun rangkaian kalimat di atas itumuncul karena proses budaya, yaotidi masa kini banyak keluarga yang justru terancam retak dan kehilangan kenyamanan dirumah, penyebabnya banyak. Tapi antara lain karena anak-anak mereka sulit dikendalikan.
Seorang ibu bercerita tentang betapa rumah terasa sumpek dan memusingkan karena ulah dua anaknya, teriakan, tangisan dan pertengkaran dua anaknya. Hal ini mengakibatkan sang ibu menjadi temperamen, melakukan kekerasan dan memberi hukuman pada kedua anaknya. Sesaat itu semua reda, namun keesokan harinya—seolah kejadian kemarin tak pernah ada—mereka mengulanginya lagi. Bertengkar, kakak merebut mainan adek, tidak mau makan, susah di ajak mandi, inginnya main game terus dan berselilisih karena gadget.
Saat itu bayangan akan “Rumahku Surgaku” hanya angan-angan semata.Karena sang ibu benar-benar sangat lelah, lelah dengan pekerjaan rumah, dan lelah juga menyaksikan pertengkaran, jeritan dan rengekan anak-anak.
Ketika itu, sang ibu merenung, mengevaluasi semuanya dan akhirnya mendapat jawaban, bahwa selama ini pola asuhnya keliru, dia beranggapan mengasuh anak-anak mengalir begitu saja. Padahal seorang filosof mengatakan, “Anak adalah amanah di tangan ibu-bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baiknya dan akan bahagia di dunia akhirat. Sebaliknya, bila ia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak dipedulikan seperti hewan niscaya ia akan hancur dan binasa.”
Dari sanalah ilmu “Parenting” kini semakin menjamur dan merebak.Berbagai pelatihan, seminar, komunitas dan buku-buku bertema itu semakin bermunculan.  Para orangtua menyambut baik hal ini, karena tidak pernah ada sekolah bagi orangtua.Apalagi ternyata,saat sudah menjadi ‘orangtua’ pun kita tetap perlu menambah ilmu, belajar dan bersosialisasi dengan orangtua lain agar saling mendukung dan saling berbagi pengalaman mereka dalam mengasuh anak-anak.
Parenting mengajarkan mengasuh dan mendidik anak dengan baik dan benar, seperti yang dikatakan oleh sahabat  Abdullah bin Umar r.a

“Didiklah anak-anakmu dengan pendidikan yang baik karena hal itu tanggung jawabmu, sementara kelak (bila dewasa) anak-anakmu bertanggungjawab untuk berbuat baik dan patuh kepadamu.”

Parenting juga mengingatkan bahwa anak adalah anugerah, anak adalah amanah dan anak adalah permata bagi orangtuanya, maka para orangtua harus mensyukuri, menjaga dan melindungi anak-anaknya. Selebihnya parenting mengajarkan kita untuk memendam amarah dan menjadi pendengar yang baik.
Sebab sebenarnya hati para orangtua dan anak-anak selalu cenderung mengarah pada kebaikan, namun ketika para orangtua dan anak belum berhasil menjalin ikatan dan komunikasi dengan baik. Maka akan menemui kebuntuan dalam mengatasi permasalahan.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan parenting, kita benar-benar bisa merasakan cinta dan mencintai anak-anak dengan tulus. Menahan amarah bukan semata-mata untuk kita tetapi mendidik mereka agar mereka pun bisa dapat menahan amarah dan bersabar serta mereka dapat memahami orang lain dan bermanfaat bagi orang banyak. Amin ya Rabbal’lamin.[fm]

0 komentar:

Post a Comment